LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Lagu Kritik Sosial

 Daftar ini menampilkan 11 lagu bertema kritik sosial yang bagus dan berkualitas dari musisi Indonesia. Yang dimaksud dengan kritik sosial di sini adalah suatu kritik terhadap keadaan yang terjadi di masyarakat. Jadi, bentuknya bisa berupa protes kepada pemerintah atau kritik terhadap keadaan dan perilaku tertentu dalam masyarakat.


Lagu Indonesia yang Menyuarakan Kritik Sosial dan Protes Sosial

1. Bongkar (Swami)

Lagu bongkar adalah lagu kritik sosial yang paling populer. Lagu itu juga menduduki posisi pertama dalam lagu terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone Indonesia. Lagu ini sering diperdengarkan dalam berbagai demonstrasi. Isinya secara menohok mengkritisi ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

Dalam lagu itu, dinyatakan bahwa jika keserakahan dan kesewenang-wenangan telah merajalela, maka rakyat perlu turun ke jalan untuk menyuarakan cita-cita keadilan. Rakyat perlu membongkar tatanan yang penuh ketidakadilan. Dengan lagu ini, Swami seakan-akan menyerang pemerintah yang berkuasa saat itu, di mana pemerintah ditengarai melakukan banyak kesewenang-wenangan.

Lagu Bongkar terdapat dalam album Swami yang dirilis tahun 1989. Swami adalah grup musik yang terdiri dari Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel, Nano, dan Innisisri. Lagu kritik sosial lain yang terkenal dari grup ini adalah Bento dan Bunga Trotoar.

Berikut petikan liriknya:
Penindasan serta kesewenang-wenangan, banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan.
Oh, hentikan, hentikan jangan diteruskan. Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan


2. Perahu Retak (Franky Sahilatua)

Perahu retak merupakan lagu kolaborasi antara Franky sahilatua dengan Emha Ainun Nadjib, terdapat dalam album Perahu Retak (1995). Dalam lagu ini, dinyatakan bahwa Indonesia adalah seperti perahu yang berlayar di lautan. Dalam perjalanannya, sang aku sebagai penumpang perahu merasa heran karena menjumpai berbagai ketimpangan yang terjadi dalam perahu bangsa tersebut. Ketimpangan itu berupa "satu orang kenyang namun seribu yang kelaparan", serta "yang salah dipertahankan sementara yang benar disingkirkan". Namun demikian, sang aku berharap dinding perahu tak retak. Sang aku berharap semangat rakyat tetap kuat agar perahu dapat melaju dengan selamat.

Berikut petikan liriknya:
Perahu negeriku, perahu bangsaku, jangan retak dindingmu.
Semangat rakyatku, derap kaki tekadmu, jangan terantuk batu.


Franky Sahilatua adalah musisi yang kerap menyuarakan suara rakyat, terutama kaum yang terpinggirkan. Dua lagu populernya yang lain yang bertemakan kritik sosial adalah Terminal dan Orang Pinggiran (kedua-duanya kolaborasi dengan Iwan Fals dan Ian Antono).

3. Perdamaian (Nasida Ria, dinyanyikan ulang oleh Gigi)

Grup musik Nasyida Ria terdiri dari 8 atau 9 orang wanita. Grup qasidah modern tersebut memadukan musik klasik arab dengan instrumen modern barat. Berbagai lagu-lagunya menyuarakan tentang keadilan, perdamaian, dan isu-isu lainnya yang bersesuaian dengan ajaran agama Islam.

Lagu Perdamaian sangat populer di masyarakat, terutama masyarakat muslim. Dalam lagu ini, Nasida Ria menyuarakan adanya kesalahan bersikap di antara berbagai orang pengambil kebijakan dunia. Banyak pihak yang berusaha menyuarakan perdamaian, namun nyata-nyata perang bukan semakin surut namun malah makin ramai. Ini berarti terdapat hipokrisi dalam diri mayoritas masyarakat di dunia ini.

Berikut petikan liriknya:
Perdamaian, perdamaian.
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai.(2x)
Bingung, bingung ku memikirnya.


Lagu Perdamaian terdapat dalam album Nasida Ria Vol.5 yang dirilis tahun 1982. Lagu yang diciptakan oleh H. Abu Ali Haidar juga dinyanyikan dalam irama rock oleh Gigi pada album Raihlah Kemenangan Repackage (2005).

4. Anak Jalanan (Chrisye)

Chrisye merupakan seniman legendaris. Suara emasnya mewarnai perjalanan musik Indonesia. Beliau merupakan artis terbaik nomor tiga sepanjang masa dalam bidang musik versi Majalah Rolling Stone Indonesia (yakni setelah Koes Plus dan Iwan Fals). Chrisye dikenal fasih dalam melagukan lagu bertema cinta. Namun demikian, Chrisye juga piawai dalam melagukan kritik sosial dalam irama yang lembut dan mempesona. Beberapa karya Chrisye bertema kritik sosial adalah Anak Jalanan, Lenny, Berita Ironi, dan Sarjana Kaki Lima.

Lagu Anak Jalanan merupakan lagu kritik terhadap kehidupan yang dialami keluarga perkotaan, terutama di metropolitan. Dalam lagu ini dinyatakan bahwa orang tua metropolitan terlalu sibuk dengan kehidupan mereka sendiri sehingga lupa memberikan kasih sayang kepada sang anak. Para orang tua hanya peduli dengan pekerjaan mereka. Kasih sayang mereka kepada sang anak hanyalah peri yang palsu: semata-mata sebagai kebiasaan, bukan dari hati terdalam mereka. Sebagai akibatnya, sang anak tidak memiliki tempat untuk mencurahkan isi hati. Sang anak hidup gelisah. Sang anak terombang-ambing dalam kehidupan yang tidak menentu.

Berikut petikan liriknya:
Anak jalanan kumbang metropolitan, selalu ramai dalam kesepian.
Anak jalanan korban kemunafikan, selalu kesepian di keramaian.


5. Judi (Rhoma Irama)

Meski juga sering menyanyikan lagu bertema cinta, Rhoma Irama juga dikenal dengan lagu bertema dakwah. Sebagai musisi, ia dikenal konsisten dengan tema-tema tersebut. Bagi beliau, seni adalah tanggung jawab kepada Tuhan dan kepada manusia, bukan hanya pemanis bibir, bukan hanya seni untuk seni, dan bukan hanya untuk kesenangan belaka (sumber: Tempo). Sebagai salah satu pelopor musik dakwah, beliau sering melakukan kritik sosial sebagai bagian dari upaya beliau untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah keburukan). Beberapa lagu bertema kritik sosial beliau adalah Judi, Mirasantika, dan Gali Lobang Tutup Lobang.

Dalam lagu Judi, Rhoma Irama mengkritik perilaku sebagian masyarakat yang gemar berjudi. Judi menjanjikan kemenangan dan kekayaan. Padahal sebenarnya judi menyebabkan kehancuran dan kemiskinan.

Berikut petikan liriknya:
Judi, meracuni kehidupan. Judi, meracuni keimanan.
Pasti, karena perjudian, orang malas dibuai harapan.
Pasti, karena perjudian, perdukunan ramai menyesatkan.


6. Distorsi (Ahmad Band)

Lagu ini memiliki lirik yang berani dan terus terang dalam melakukan kritik sosial. Sasarannya dua: pemerintah sekaligus masyarakat. Lagu ini menyatakan bahwa dalam pemerintahan yang berjalan, terdapat hipokrisi. Pemerintah menyatakan akan memberantas kemiskinan, namun nyatanya malah menguras uang rakyat. Pemerintah menyatakan akan menegakkan keadilan, namun nyatanya yang terjadi adalah hukum rimba (yang kuat yang menang). Pejabat berperut kenyang membahas tentang kemiskinan. Pejabat yang kapitalis membicarakan keadilan sosial. Sebaliknya, lagu ini juga mengkritik sebagian masyarakat yang sok. Mereka melakukan protes kepada pemerintah padahal mulutnya beraroma alkohol (artinya dalam keadaan tidak sadar / asal ngomong). Mereka sibuk menyadarkan penguasa, padahal mereka sendiri sadar saja tidak pernah.

Berikut petikan liriknya:
Yang muda mabuk, yang tua korup 2x
Korup terus, mabuk terus.
Jayalah negeri ini. 2 x


Lagu Distorsi terdapat dalam album Ideologi Sikap Otak (1998) yang dibawakan oleh Ahmad Band. Personel grup ini terdiri dari Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Pay Siburian, Bongky, dan Bimo Sulaksono. Selain lagu Distorsi, beberapa lagu Ahmad Band lainnya yang kental dengan nada kritik sosial adalah Interupsi dan Ode Buat Extrimist.

7. Surat Buat Wakil Rakyat (Iwan Fals)

Iwan Fals terkenal piawai dalam menciptakan dan menyanyikan lagu bertema kritik sosial. Sebagian besar dari lagu-lagunya bertemakan kritik sosial. Beberapa lagu yang terkenal adalah Surat Buat Wakil Rakyat, Guru Oemar Bakri, Tikus-Tikus Kantor, Sarjana Muda, dan Sore Tugu Pancoran.

Dalam lagu Surat Buat Wakil Rakyat, Iwan Fals mengkritik perilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya menyuarakan aspirasi rakyat, namun dalam kenyataannya hanya menyanyikan lagu setuju (selalu mengiyakan kepentingan orang tertentu) atau diam saja tak berbuat apa-apa. Iwan Fals juga mengkritik perilaku anggota DPR yang sering tidur saat sedang rapat padahal mereka mewakili suara rakyat.

Berikut petikan liriknya:
Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat.
Wakil rakyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian lagu setuju.


8. Aspirasi Putih (Dewa19)

Lagu ini menyuarakan kritik terhadap represi pemerintah terhadap kebebasan berpendapat. Sang aku merasa tidak tahan lagi untuk terus berdiam diri. Dia ingin menyuarakan aspirasinya. Dia melihat bahwa banyak orang pilihan (orang terpilih dalam jabatan tertentu) yang bersuara atas nama rakyat jelata namun sebenarnya hanya memperkaya diri sendiri. Sang aku merasa gerah dengan hal tersebut. Tetapi apa daya, tiada ruang untuk itu. Dalam benaknya, sang aku ingin adanya ruang bagi rakyat untuk bicara tentang apa pun tanpa adanya represi: bicara tentang makna keadilan, pembagian kekuasaan, kemunduran, partai-partai, monopoli, kartel dan sebagainya.

Lagu Aspirasi Putih terdapat dalam album keempat Dewa19 berjudul Pandawa Lima yang dirilis tahun 1997. Tahun itu sudah masuk tahun-tahun terakhir era orde baru sebelum mundurnya Presiden Soeharto dari kedudukannya sebagai Kepala Pemerintahan sekaligus sebagai Kepala Negara pada tahun 1998. Di era orde baru, lirik lagu yang terang-terangan mengkritik pemerintah merupakan sesuatu yang sangat berani.

Berikut petikan liriknya:
Beri kami satu ruang, tuk katakan yang benar,
kuburkan yang salah.
Biarkan kami tumpahkan, aspirasi putih kami.


9. Berita Cuaca (Gombloh & Lemon Tree's Anno '69)

Gombloh & Lemon Tree's Anno '69 dikenal dengan lagu-lagunya yang bernafaskan kebangsaan. Begitu juga dalam lagu ini yang berisi tentang realitas nusantara yang berbeda dengan cerita tentangnya.

Dalam lagu ini, Gombloh & Lemon Tree's Anno '69 menyatakan bahwa Indonesia di masa lalu diceritakan sebagai negeri yang tentram dan lestari. Namun, sekarang cerita itu tidak ada dalam kenyataan. Sekarang tanah Indonesia tidak seperti dulu: tanahnya rawan, bukit tanpa pepohonan, dan burung-burung malu bernyanyi. Meski tidak dinyatakan secara eksplisit, lagu ini menyiratkan kritik sosial terhadap perilaku sebagian orang yang suka merusak alam Indonesia. Lagu ini juga relevan dengan keadaan saat ini di mana bukit tanpa pepohonan karena pepohonan sudah banyak ditebang secara serampangan tanpa ada penghijauan yang memadai. Sementara itu, kebakaran hutan di mana-mana sehingga tiada lagi burung-burung yang bernyanyi gembira di antara dedaunan dan ranting-rantingnya.

Berikut petikan liriknya:
Lestari alamku lestari desaku, di mana Tuhanku menitipkan aku.
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama, nyanyikan pujaan untuk nusa.


Lagu Berita Cuaca terdapat dalam album Berita Cuaca yang dirilis tahun 1982. Lagu ini berada di urutan ke-98 dalam 150 lagu terbaik Indonesia sepanjang masa yang dirilis Majalah Rolling Stone Indonesia tahun 2009. Lagu ini juga pernah dinyanyikan oleh Boomerang.

10. Gossip Jalanan (Slank)

Sebagai band papan atas Indonesia, karakter Slank menjadi ikon tersendiri. Slank dikenal dengan perilaku slengekan dan kerap menyuarakan kritik terhadap kehidupan bermasyarakat. Berbagai lagunya mengkritisi pemerintah dan masyarakat, seperti lagu Gossip Jalanan, Birokrasi Kompleks, Seperti Para Koruptor, dan masih banyak lainnya.

Dalam lagu Gossip Jalanan, Slank mengkritik adanya mafia dalam berbagai kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan, seperti mafia judi, mafia narkoba, mafia peradilan, mafia pemilu, mafia peraturan, dan mafia-mafia lainnya. Adanya berbagai mafia yang menggurita menyebabkan kacau-balaunya kehidupan di Negara Indonesia.

Berikut petikan liriknya:
Apa lo tau mafia narkoba? Keluar masuk jadi bandar di penjara.
Terhukum mati tapi bisa ditunda.


11. Kalian dengarkanlah Keluhanku (Ebiet G.Ade)

Ebiet G. Ade dikenal sebagai penyanyi yang puitis dalam lagu-lagunya, baik itu dalam lagu bertema cinta maupun bertema kritik sosial. Kepandaiannya dalam menarasikan lirik lagu menjadi kekuatan tersendiri dari lagu-lagu yang diciptakan dan dinyanyikannya.

Salah satu lagu yang menyuarakan kritik sosial adalah lagu berjudul Kalian Dengarkan Keluhanku (Dari Seseorang Yang Kembali Dari Pengasingan), sebuah judul yang cukup panjang. Dalam lagu ini, Ebiet G. Ade mengkritik perilaku masyarakat yang enggan memaafkan kesalahan orang yang pernah bersalah. Sang aku pernah terjebak dalam dunia hitam dan diasingkan (dipenjara) sehingga namanya menjadi jelek dan tercemar. Setelah dia kembali ke masyarakat (bebas dari penjara), dia merasa bahwa masyarakat yang seharusnya beradab ternyata tidak lebih baik dari bumi pengasingan. Dia mengetuk semua pintu untuk mendapatkan pekerjaan demi menafkahi anak dan istri, tetapi tidak ada seseorang pun yang mau menerimanya bekerja.

Berikut petikan liriknya:
Ke manakah sirnanya nurani embun pagi
yang biasanya ramah kini membakar hati?
Apakah bila terlanjur salah, akan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri. Tak ada tempat lagi untuk kembali

Post a Comment