Puisi Tak Sepadan merupakan puisi karya Chairil Anwar.
Dalam puisi ini, sang penyair merasa bahwa dirinya memiliki kedudukan yang tidak sepadan dengan sang kekasih sehingga cinta mereka tidak bisa bersatu. Lalu sang penyair memutuskan untuk memadamkan api cinta dalam hatinya.
Teks Puisi Tak Sepadan
TAK SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahgia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros.
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.
(Februari 1943)
Keterangan hak cipta puisi: domain publik di Indonesia.
Analisis Puisi Tak Sepadan
Berikut ini analisis puisi Tak Sepadan karya Chairil Anwar dalam berbagai aspek, seperti tema, gaya bahasa, dan unsur-unsur lainnya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perpisahan dalam hubungan cinta karena adanya perbedaan antara kedua pihak.
Simbolisme
- Ahasveros atau Ahasuerus bisa merujuk ke berbagai nama tokoh. Namun demikian, untuk puisi ini sepertinya nama Ahasveros merujuk pada tokoh legenda Yahudi pengembara (Wandering Jews) yang dikutuk untuk selalu mengembara sepanjang hidupnya akibat mengejek Isa (Yesus). Penggunaan simbol Ahasveros merujuk pada keadaan yang selalu mengembara tak pernah ada habisnya sehingga tak dapat menemukan kedamaian atau kebahagiaan.
- Eros adalah nama Dewa Cinta dalam mitologi Yunani.
- Dinding buta dan tak satu juga pintu terbuka: Ini menggambarkan usaha penyair untuk mencari jalan keluar dari penderitaannya, namun semua jalan terasa tertutup. Tidak ada solusi atau kejelasan untuk masalah yang dihadapinya.
- Unggunan api : rasa cinta dalam hati penyair yang menyala-nyala.
Struktur dan Rima
Puisi ini terdiri dari 3 bait. Dalam hal ini bait pertama dan bait ketiga terdiri dari 4 baris; sedangkan baris kedua terdiri dari 3 baris.
Puisi ini memiliki struktur bebas, tidak terikat oleh aturan rima yang ketat, yang memperkuat kesan kebebasan ekspresi dan ketidakpastian yang ada dalam perasaan penyair.
Gaya Bahasa
Berbagai majas metafora digunakan dalam puisi ini, seperti:
- "merangkaki dinding buta" untuk menggambarkan usaha sia-sia dan frustrasi
- "...unggunan api ini" untuk menunjukkan perasaan cinta yang membara.
- "terpanggang tinggal rangka" untuk menunjukkan betapa dalamnya penderitaan yang dialami penyair.
Nada dan Suasana
Nada puisi ini melankolis dan penuh keputusasaan.
Suasana yang tercipta adalah suasana yang suram, penuh kesendirian, dan kehilangan.
Arti Puisi Tak Sepadan
Tokoh aku merasa ada ketidaksepadanan antara dirinya dengan sang kekasih. Tidak jelas ketidaksepadanan apa yang menjadi penghalang bersatunya cinta mereka (bisa jadi status sosial, pekerjaan, dll.).
Jika menilik pada kehidupan Chairil Anwar, kemungkinan ketidaksepadanan adalah karena Chairil Anwar adalah seorang yang hidup tanpa pekerjaan tetap. Suatu ketika, Chairil melamar sang kekasih, tetapi ditolak oleh ayah sang kekasih karena pekerjaan Chairil sebagai penyair tidak dapat menjamin kehidupan yang mapan jika berumah tangga.
Dengan adanya ketidaksepadanan tersebut, maka sebaiknya api cinta di hati mereka dipadamkan. Karena rasa cinta tersebut akan merusak diri tokoh aku.
Jika tidak dipadamkan, rasa cinta akan selalu menyala di hati tokoh aku tanpa ada kemungkinan untuk mewujudkan cinta itu dalam kehidupan (tak bisa bersatu dalam pernikahan). Ibaratnya, seperti dikutuk oleh Eros (Dewa Cinta).
Maka sang tokoh aku menyatakan bahwa, nantinya sang kekasih akan kawin dan berbahagia dengan pasangannya, sedangkan tokoh aku akan tetap dalam kondisinya sekarang, menjadi seorang "pengembara" sepanjang hidupnya serupa Ahasveros.
* * *
Artikel ini berkenaan dengan karya puisi Chairil Anwar, sastrawan paling populer di Indonesia. Chairil Anwar lahir tahun 1922 di Medan dan meninggal di Jakarta tanggal 28 April 1949.
Post a Comment