LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Analisis Puisi Taman, Puisi Cinta Romantis Karya Chairil Anwar

Puisi Taman Karya Chairil Anwar

Puisi Taman adalah salah satu karya romantis Chairil Anwar yang menggambarkan pandangannya tentang cinta dan kehidupan pasangan dalam sebuah hubungan. 

Dalam puisi ini, Chairil Anwar menyampaikan gambaran tentang kebahagiaan ideal yang seharusnya tercipta dalam kehidupan berpasangan, seperti halnya dalam suatu rumah tangga yang harmonis.

Melalui kata-kata yang indah dan penuh makna, penyair menggambarkan perasaan cinta yang penuh kehangatan yang diharapkan ada dalam hubungan tersebut. 

Puisi Taman terdapat dalam buku Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus yang diterbitkan tahun 1949. Puisi ini sendiri ditulis oleh Chairil Anwar pada tahun 1943, dan menjadi salah satu karya yang menggambarkan pemikiran serta perasaan penyair dalam mengungkapkan cinta dan kehidupan.

Teks Puisi Taman

Teks Puisi Chairil Anwar - TAMAN  Taman punya kita berdua tak lebar luas, kecil saja satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani halus lembut dipijak kaki. Bagi kita bukan halangan. Karena dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang aku kumbang, kau kembang. Kecil, penuh surya taman kita tempat merenggut dari dunia dan 'nusia   Maret 1943


TAMAN

Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan 'nusia

                      Maret 1943


Keterangan hak cipta puisi: domain publik di Indonesia.

Analisis Arti Puisi Taman Karya Chairil Anwar

Catatan: analisis puisi di atas sebagaimana berikut akan didasarkan pada konteks kehidupan cinta dalam rumah tangga.

Apa yang paling penting dalam kehidupan rumah tangga? Jika merujuk pada puisi di atas, jawabannya adalah kedekatan dan kemesraan antara pasangan suami istri. Rasa cinta yang tumbuh di hati keduanya menjadi harta yang paling berharga dalam menjalani kehidupan bersama.

Bukan harta melimpah yang diinginkan oleh penyair dan pasangannya, melainkan harta yang cukup tetapi penuh dengan rasa cinta. Mereka lebih menghargai kebahagiaan yang sederhana. Ibaratnya seperti punya taman yang kecil dan tak luas, tak ditumbuhi bunga beraneka warna, dan rumputnya pun tak halus di kaki, namun taman itu penuh rasa cinta.

Dalam taman yang dipenuhi rasa cinta, terjalin hubungan timbal balik yang saling mengisi. Seperti kumbang yang menghisap madu dari bunga, ada kebahagiaan yang diberikan oleh sang kembang kepada kumbang. Sebaliknya, sang kembang juga memerlukan sentuhan kasih sayang dari kumbang. Hubungan ini menggambarkan saling ketergantungan antara keduanya, di mana keduanya saling membutuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

Dalam taman yang penuh dengan rasa cinta, ada sinar surya yang memenuhinya. Ada kehangatan yang terpancar di dalamnya. Ada kemesraan antara sang suami dan sang istri. Dalam taman itu, hanya ada mereka berdua. Tidak ada orang lain turut campur dalam rumah tangga mereka. Urusan rumah tangga menjadi sesuatu yang pribadi, ialah urusan cinta antara dua hati yang penuh rasa bahagia.

Dalam taman yang penuh rasa cinta, satu tak kehilangan yang lainnya. Kedua insan saling memiliki. Sang suami adalah milik sang istri, dan sang istri adalah milik sang suami. Mereka ibarat satu jiwa yang berada dalam dua tubuh. Sang suami adalah separuh jiwa dari sang istri, demikian pula sang istri adalah separuh jiwa dari sang suami. Dengan kondisi demikian, apa pun yang terjadi dalam kehidupan suami, istri turut merasakan; dan apa pun yang dirasakan istri, sang suami turut memikirkan.

* * *

Artikel ini berkenaan dengan karya puisi Chairil Anwar, sastrawan paling populer di Indonesia. Chairil Anwar lahir tahun 1922 di Medan dan meninggal di Jakarta tanggal 28 April 1949.

Post a Comment