Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan Indonesia. Dalam perang yang terjadi pada tahun 1825-1830, beliau memberikan perlawanan yang hebat terhadap Belanda. Perang yang berlangsung selama 5 tahun tersebut (dikenal dengan nama Perang Diponegoro atau Perang Jawa) merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dihadapi oleh Belanda.
Meskipun pada akhirnya Diponegoro kalah, tetapi semangat yang hebat dari Diponegoro memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk berjuang dalam kehidupan. Termasuk dalam hal ini Chairil Anwar, yang secara khusus menulis satu puisi tentang Diponegoro.
Kekaguman Chairil Anwar terhadap sosok Diponegoro dituangkan dalam sebuah puisi heroik sebagaimana berikut.
Teks Puisi Diponegoro
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Februari 1943
Keterangan hak cipta puisi: domain publik di Indonesia.
Analisis Arti Puisi Diponegoro Karya Chairil Anwar
Tahun 1943, penjajahan masih ada di Indonesia, dan dalam konteks adanya penjajahan oleh bangsa lain, puisi Diponegoro muncul dan menjadi salah satu puisi yang "berbicara" kepada seluruh bangsa Indonesia tentang semangat untuk terus berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Diponegoro adalah tokoh dari masa lampau yang dikenal karena keberanian dan perjuangannya melawan penjajah. Meskipun telah tiada, semangat dan kepahlawanan beliau tidak pernah hilang ditelan waktu. Bagi sang penyair, semangat itu tetap menyala dan menjadi sumber inspirasi yang kuat. Karena itulah, dalam puisi ini, Diponegoro seakan-akan hidup kembali.
Sang penyair menyimpan kekaguman yang mendalam terhadap sosok Diponegoro. Kekaguman itu menyala-nyala dan menjadi "api" dalam dada, memberikan semangat untuk terus berjuang bagi negeri tercinta.
Apa yang istimewa dari Diponegoro? Dalam puisi tersebut digambarkan bahwa Diponegoro adalah sosok yang tidak mengenal rasa takut. Dia memiliki keberanian yang luar biasa dalam menghadapi penjajah. Meskipun harus berhadapan dengan lawan yang jumlahnya seratus kali lebih banyak, ia tetap teguh dan tidak gentar.
Kepemimpinan Diponegoro begitu kuat dan membekas di hati para pengikutnya. Ia tidak hanya dihormati sebagai pemimpin, tetapi juga dipercaya sepenuhnya oleh pasukannya. meskipun tak bergenderang berpalu, mereka tetap maju menyerbu musuh dengan keyakinan penuh. Kepercayaan kepada Diponegoro menjadi kekuatan utama yang mendorong mereka untuk berjuang tanpa ragu.
Diponegoro tidak takut akan mati! Hidup harus bermakna. Tidak masalah jika harus mati selama sudah bisa mendarmabaktikan diri kepada negeri.
Diponegoro adalah sosok yang menjunjung tinggi martabat dan kebebasan. Ia tidak mau tunduk atau dihina oleh kekuasaan yang menindas bangsanya. Baginya, lebih baik hancur dan binasa daripada hidup dalam penindasan. Bahkan jika kematian harus datang, pengorbanannya akan tetap bermakna sebagai bentuk perjuangan untuk negeri tercinta.
Diponegoro tidak ragu-ragu untuk bergerak dengan tegas dan penuh keberanian dalam setiap langkah perjuangannya. Dengan keyakinan yang kuat, dia maju, menyerbu, menyerang, dan menerjang musuh yang berada di depan.
* * *
Artikel ini berkenaan dengan karya puisi Chairil Anwar, sastrawan paling populer di Indonesia. Chairil Anwar lahir tahun 1922 di Medan dan meninggal di Jakarta tanggal 28 April 1949.
Post a Comment